Sabtu, 06 September 2014

Diposting oleh Ossi Widiari di 23.14 0 komentar
DO YOU WANT ME TO STAY?

Rabu, 02 Juli 2014

Diposting oleh Ossi Widiari di 18.43 0 komentar
Aku mau jadi apapun buat kamu, buat kita tetep sama sama. i will miss you KONTRAS :") ayo berjuang sekali lagi ! ini tahun terakhir kita :'))))))

Sabtu, 28 Juni 2014

Diposting oleh Ossi Widiari di 00.26 0 komentar


Ini memang senja yang biasa saja, untukmu mungkin. Tapi ada yang berbeda yang jingga goreskan untukku. Aku mengambil sepotong senja ini dengan penuh pengharapan tanpa sadar. Cahaya redupnya di ujung barat mempesonaku saat itu. Ini beda. Ada kamu, ada harapan yang saat itu seakan tak pernah tenggelam untukku. Jadi aku lukiskan lagi, untuk kamu dan senja yang masih menunggu untuk ku jumpai lagi.

Semarang, 2 Juni 2014

Selasa, 06 Mei 2014

Selamat Malam, Matahari

Diposting oleh Ossi Widiari di 09.26 1 komentar
Ku katakan dengan indah
Dengan terbuka
Hatiku hampa
Sepertinya luka menghampirinya
Kau beri rasa yang berbeda
Mungkin ku salah mengartikannya
Yang ku rasa cinta

Tetapi hatiku
Selalu meninggikanmu
Terlalu meninggikanmu
Selalu meninggikanmu

Kau hancurkan hatiku
Hancurkan lagi
Kau hancurkan hatiku
Tuk melihatmu
Kau terangi jiwaku
Kau redupkan lagi
Kau hancurkan hatiku
Tuk melihatmu

Kau buatku terjatuh
Dan tejatuh lagi
Membuatku merasakan yang tlah terjadi
Semua yang terbaik dan yang terlewati
Semua yang terhenti tanpa ku akhiri

Malem ini ngubek ngubek handphonenya Sukma dan nemu lagu ini, Damn! jadi nyadar sesuatu tentang Matahari.
 Hari ini kita pura pura ngga kenal, aku ngga tau gimana caranya aku bisa nyakitin diri sendiri.
Dan entah kamu juga ngerasa hal yang sama apa ngga, rasanya aku ngga pengen tau.
Akhirnya kalau cuma gitu, kadang aku mikir buat apa kita kenal. Bukannya kita suka pura pura ngga kenal.
Aku pengen nyapa kamu, sumpah! Tapi aku ngga bisa. Aku mesti gimana?
Aku pengen ngomong tapi ngga tau mau bilang apa.
Aku pengen sms kamu (tanpa adegan hack hack an) tapi kalo kamu ngga bales gimana?
Aku terlalu takut dan pengecut buat itu, aku takut ke GR an sumpah! takut terlalu agresif buat semuanya itu.
(Aku ngerasa) Kita kaya punya persepsi sendiri sendiri, aku terlalu banyak bikin kesimpulan buat kamu, terlalu banyak nyimpulin sendiri. Dan terlalu banyak sakit sendiri.
(Aku ngerasa) Kamu terlalu ambigu, terlalu abu buat aku. Aku ngga bisa nebak sepenuhnya.
Kamu terlalu fana.
Aku ngga bisa terus begini, sumpah aku ngerasa capek. Kenapa? kita kaya jalan muter muter tau ngga, aku ngerasa capek terus terusan disini. Walaupun muter muter sama kamu, aku juga punya rasa bosan.
Aku bosan loh kita pura pura ngga kenal kaya tadi, aku bosen kita pura pura ngga ngeliat setiap papasan.
Oke, aku capek menerka nerka soal kita.Capek ke PD an sendiri capek seneng sendiri dan capek sakit sendiri. Aku emang salah, ngga pernah bisa tegas sama perasaan aku. Aku emang salah ngga pernah berusaha buat kamu, aku emang salah dan entah yang paling fatal karena aku suka sama kamu.
Entah deh, aku yang ke PD-an apa gimana, aku ngerasa kok kamu perhatian ke aku, kamu baik ke kau. Aku tau kok. Tapi kamu ngga pernah keluar dari itu, ngga pernah ngasi jalan baru buat kita. Aku bisa ngasi jalan baru, tapi sayang aku ngga bisa ngikutin kamu lebih lama lagi.
Hei, makasi buat jawaban SAT nya. Aku pikir kamu jawaban soal soal selanjutnya buat aku, ternyata enggak juga ya. Semuanya terhenti tanpa kita akhiri.
Selamat Malam, Matahari.

Senin, 31 Maret 2014

#AprilWish

Diposting oleh Ossi Widiari di 15.36 0 komentar
Hei Selamat Tahun Baru Caka ya buat yang merayakan, mulai semuanya dari nol lagi. Pagi ini bener bener cool banget kecuali tampang baru bangun gue, yang jelas bangun bangun mataharinya udah mau terbit dan warnanya keren banget. Jadi semangat nih buat latihan teater ntar. Pas liat kalender, baru sadar kalo ini tanggal satu April.

FYI aja, di bulan April ini emang rada banyak momen gitu salah satunya lomba buat bulfest dan astungkara kalo jadi FLS2N sama lagi satu nih, ultahnya monster kesayangan gue; Yogi Mahendra. Jadi wish terbesar aku biar adek aku yang bawel itu makin sukses terus KONTRAS bisa menang dua event ini. Ayo semangat teman teman!

Sebenarnya berharap banyak sama bulan April ini, tapi jadi takut juga kalo banyakan berharap. Emm mending usaha dulu aja kali ya 8) entah kenapa punya feeling bulan ini bakal sibuk banget, tapi ngga apa apa deh belajar buat tahan banting :) Here we are, life in April and take the cool moment! Be good to me April :*

Kamis, 27 Maret 2014

Stay (empat)

Diposting oleh Ossi Widiari di 18.11 0 komentar


 Ify tau, Rio akan membawanya menemui hal hal baru lebih cepat

Sivia mengamati lekat lekat wajah Ify yang sebam gadis ini tak habis pikir apa yang habis dilakukan Ify, Sivia sudah curiga pada Rio karena laki laki itu juga ikut bolos bersama Ify. Berulang kali Sivia menatap Rio yang duduk kaku di bangkunya dengan sinis.

“Via, gue ngga apa apa kok” Ujar Ify mencoba meyakinkan temannya itu.
Sivia menggeleng, ia menunjuk warna biru di pipi Ify dengan sengit. Baginya lebam di wajah Ify tidak bisa berkata semua baik baik saja tapi kenala Ify tidak jujur saja dengan dirinya.
“Gue ngga percaya, sebelum lo bilang sama gue lo kenapa!” Seru Sivia, Ify mendesah pelan dan menggeleng.
“Bukannya gue ngga mau Via, tapi kali ini gue bener bener ngga bisa. Tapi lo jangan khawatir lagi ya” Bujuk Ify.
“Apa karena cowok itu?” Sivia melirik Rio sekilas.
“Bukan Via, bukan soal dia” Bela Ify, Sivia memicingkan matanya.”Beneran deh!” Ujar  Ify meyakinkan.
“Tapi kenapa muka lo lebam gini Fy” Desak Sivia.
“Gue ngga bisa cerita sama lo Via, tapi beneran deh ini bukan karena Rio” Ify meletakan tangannya di depan dada, Sivia mendesah berat.
“Terserah lo deh Fy, tapi jangan sampe Rio keterlaluan sama lo” Ify mengangguk mendengar kata kata Sivia.
“Makasih ya Via” Ujar Ify tulus. Sivia menghadap lurus lurus ke papan tulis, dalam hati ia tau luka di wajah Ify bukannya tidak berarti apa apa, tapi apapun itu Rio pasti ikut terlibat di dalamnya.
Sivia mengamati orang orang yang tengah bermain basket di lapangan, ia sedang menunggu kakaknya Alvin yang kelasnya terletak di lantai dua. Tanpa ia tahu, Alvin mengendap ngendap di belakang Sivia lalu menutup mata adiknya itu.
“Ayo tebak siapa?” Ujar Alvin, Sivia memukul tangan kakaknya itu alu melepaskan tangan yang menghalangi matanya itu.
“Apaan sih Kak, lagi badmood nih” Kesal Sivia, Alvin mengangkat sebelas alisnya kebingungan.
“Kenapa sih lo?” Tanya Alvin heran.
“Kakak kenal Rio?” Tanya Sivia, Alvin menggangguk mengiyakan.
“Kenapa sama Rio? Lo ngga nyari masalah sama dia kan?” tanya Alvin khawatir.
“Ngga lah, emang gue sebodoh itu?” Decak Sivia
“Terus kenapa?” Tanya Alvin.
“Ini soal Ify kak, Ify berubah semenjak kita sekelas sama Rio. Dia jadi sering bolos, terus sering banget ngelamun” Curhat Sivia.
“Ify deket sama Rio?”Bisik Alvin pelan, Sivia menggidikan bahu. “Apa mungkin Ify suka sama Rio?” Tanya Alvin pelan.
“Ngga tau juga Kak, tapi kalo dia suka…”Lirih Sivia, Alvin menepuk bahu Sivia pelan.
“Ngga apa apa kok Via” Ujar Alvin, Sivia memandang kakaknya itu dalam dalam.
“Kak Alvin, mau ngga kakak jagain Ify dari Rio. Kalo kaya gitu Kak Alvin bisa nolong Ify kalo terjadi apa apa.”Pinta Sivia. Alvin mengangguk sambil mengelus rambut adik satu satunya itu.
“As your wish” Ucap Alvin menenangkan.
Ify memegangi pipinya yang masih terasa nyeri, sesekali ia mendesis pelan tak terdengar. Ify memejamkan matanya menahan sakit lalu ia merasakan pundaknya di tepuk seseorang. Ify menoleh dan mengerjapkan matanya seolah tidak percaya.
“Rio?” Tanya Ify heran, karena cowok itu menyapanya duluan.
“Eh tugas sejarah kita, lo bisa ngerjain minggu ini ngga?” Tanya Rio. Ify mengangguk antusias.
“Gue bisa kok, sekarang aja mumpung besok hari minggu” Kata Ify semangat, ini momen yang pas untuk mengerjakan tugas itu mengingat orang tuanya sedang tidak ada di rumah, akhirnya Ify bisa pergi bebas.
“Mau kemana kita?”Tanya Rio, Ify berfikir sejenak.
“Gimana kalo ke monas?” Rio memandang Ify malas, lalu menggeleng keras.
“Emm.. gimana kalo ke kota tua aja” Rio mendesis pelan.
“Ngga seru banget sih lo” Kesal Rio, Ify memandang Rio tidak mengerti pikiran pemuda ini.
“Terus kita mesti kemana? Bukannya gue udah sebut nama nama tempat bersejarah ya?” Ujar Ify bingung.
“Stasiun kereta api Bandung” Jawab Rio singkat tapi sukses membuat Ify mengangga.
“Ba..Ban..Bandung?” Tanya Ify tidak percaya.
“Iya, kenapa lo ngga mau? Gue bisa kok sendiri, bukannya gue udah bilang kita mending ngga kelompokan?”Jawab Rio sengit, Ify menelan ludahnya mendengar kata kata Rio, bukannya dia yang ingin sekelompok dengan cowok itu tapi kenapa sekarang dia yang menyerah.
“O..Oke..”Jawab Ify gemetaran, Rio yang mendengar jawaban Ify bergegas meninggalkan gadis itu.
Tapi tangan Ify mencengkram lengan pemuda itu, Rio menepiskan tangan Ify lalu menatap gadis itu datar. Ify mengigit bibir bawahnya tidak tau harus mulai dari mana tapi ia merasa harus mengatakan ini pada Rio.
“Eh lo yakin? Maksudnya eh.. Bandung kan jauh”Ujar Ify takut.
“Lo takut?” Tanya Rio menantang Ify, Ify menimang nimang, ia melihat Rio yang tengah menatapnya menunggu jawaban.
“Enggak, tapi—“
“Yaudah, ntar kita ketemu di stasiun Gambir” Ify mengatupkan bibirnya rapat rapat mendengar perkataan Rio, Ify takut Rio tau bibirnya gemetar karena ketakutan.
Ify berjalan mondar mandir di dalam kamar, ia berusaha mengingat barang barang yang akan dia bawa, kemudian mengeceknya di dalam ranselnya lagi. Ify memandangi ponselnya dengan takut, ia tidak berani memberi tahu kedua orang tuanya.
“Gimana ya?” Ujar Ify bingung. “Ngga mungkin gue bilang mau ke Bandung, mana Cuma berdua lagi sama Rio” Timbang Ify.
Tak lama kemudian, Ify menemukan ide cemerlang. Ify mengambil ponselnya dan menghubungi Sivia, beberapa detik kemudian telefon Ify diangakat Sivia. Ify menarik nafas panjang lalu menyusun kata kata yang logis.
“Kenapa Fy?’ tanya Sivia.
“Via gue boleh minta tolong ngga?” tanya Ify pelan.
“Minta tolong apa nih,Fy?” Sahut Sivia, Ify mengetuk ngetukan jarinya di kakinya.
“Eh anu… boleh ngga gue nginep di rumah elo?”Tanya Ify takut.
“Yaelah gue kira apaan”Seru Sivia lega.
“Tapi Via, gue ngga tidur disana. Jadi kalo nyokap gue nanyain mau ngga lo bilang kalo gue nginep?” Ify memejamkan mata menunggu jawaban Sivia.
“Ha? Lo gila ya! Emang lo mau kemana sih?” Tanya Via beruntun seperti yang Ify duga.
“Gue mau.. emm ke Bandung..buat penelitian sejarah Via” Mohon Ify.
“Kenapa mesti ke Bandung sih Fy, emang tempat bersejarah di Jakarta udah habis apa?!” Tanya Sivia kesal.
“Via plis.. sekali aja”Ify mengecilkan suaranya.
“Tapi itu bahaya Fy, lo pergi berdua sama Rio?” Tanya Sivia tak habis pikir.
“Gue janji Via, gue ngga bakal ngapa ngapain, gue bakal jaga diri gue sendiri. Gue janji Via” Paksa Ify.
Sivia akhirnya luluh, ia tak tega melihat Ify memohon seperti itu “Oke, tapi lo harus pulang dengan utuh!” Ancam Sivia, Ify bernafas lega mendengar persetujuan temannya itu.
“Ortu lo kemana? Kok lo bisa kabur gitu?” tanya Sivia curiga.
“Mereka lagi keluar kota Via, makanya gue milih timing ini buat bikin tugas” Ujar Ify.
“Oke deh, pokoknya lo harus ingett janji lo” Sivia menaikan nada suaranya.
“Thanks Via” Ujar Ify tulus.
***
Ify turun dari taksi dan menapakan kakinya di pintu depan stasiun Gambir, ia melirik ke kiri dan kanan tapi tidak menemukan sosok Rio dimana mana. Ify mencengram erat tasnya yang berat karena takut Rio tidak menepati janjinya.
“Elo lama banget sih”Ify berbalik dan mendapati Rio sedang memegang cup mie instant.
“Maaf tadi gue izinnya lama” Rio tidak peduli dengan kata kata Ify, ia memanggul ranselnya dengan sebelah lengannya sambil membawa makanannya.
“Keretanya ntar lagi nih. Ini tiket lo” Rio memberikan Ify selembar tiket, lalu diambil gadis itu cepat.
Ify duduk di dekat jendela, di sampingnya Rio tengah mendengar music sambil memakan mie instant yang di belinya tadi. Ify mengamati wajah Rio yang santai, ia sama sekali tidak takut. Diam diam Ify kagum pada kehidupan Rio yang bebas seperti burung.
Ify mengalihkan pandangannya ke luar jendela, ia melihat langit sore yang berwarna jingga di luar kaca bening itu. Ify menarik nafas dalam dalam, ia menyadari sesuatu yang telah lama diinginkannya akhirnya terwujud, sesuatu untuk melakukan apa saja.
“Lo udah izin kan?” Tanya Ify pada Rio.
“Ngga penting banget” Balas Rio cuek, Ify menggeser duduknya menghadap Rio.
“Tapi kalo orang tua lo nyariin gimana?”Ify menatap Rio takut. Rio berdecak kesal.
“Mereka ngga bakal peduli” Ujar Rio acuh.
“Rio..gimanapun mereka orang tua lo”Sahut Ify.
Rio melepas headset kasar, dia menatap Ify yang tengah menatapnya. Rio menatap Ify kesal, belum apa apa saja gadis itu sudah membuatnya susah, bagi Rio bersama Ify membuat perasaanya menjadi kacau karena ia tidak tau bagaimana cara mengatasi perasaanya. Selama ini Rio bisa mengatasi semua perasaan di hatinya, rasa benci, rasa sedih, senang, semua itu baginya sama saja. Tapi Ify tidak pernah bisa diatasinya, gadis itu selalu membuat hatinya nyeri tanpa ia sadari.
“Lo bisa diem ngga sih” Desis Rio tajam, Ify menunduk tak berani menatap Rio lagi.
“Maaf Rio, gue Cuma ngerasa itu penting buat lo. Mungkin lo bener, sesekali kita pengen tau seberapa penting kita buat orang lain, mungkin sesekali kita harus pergi aja. Sesekali kita harus bebas” Ify menggigit bibir bawahnya, mengapa ia jadi mencurahkan perasaanya?
Rio menatap Ify yang tengah menunduk menatap ujung sepatunya, ia medesah pelan. Gadis ini tau perbuatannya salah, tapi kenapa ia selalu memberi Rio sisi positif di setiapp hal negative yang ia lakukan? Rio memasang headsetnya di telinga sebelah kananya, lalu dengan gerakan cepat ia memasangkan sebelahnya lagi pada Ify.
“Terserah lo deh, gue mau tidur” Ujar Rio, Rio segera menurunkan topinya hingga menutupi setengah wajahnya dan tertidur.
Ify memegangi headset Rio yang terpasang di telinganya, ia menatap Rio yang tengah tertidur sambil tersenyum simpul. Lagu fix you milik secondhand serenade mengalun lembut di telinga Ify.
“Rio, lo cowok yang baik. Lo pasti ngelakuin hal hal terbaik yang lo bisa, apapun itu” Ify menyadarkan kepalanya di kaca jendela lalu berusaha memejamkan mata.
Tanpa Ify sadari, Rio sama sekali tak bisa tidur setelah mendengar perkataan Ify. Rio menahan tangannya untuk memeluk gadis itu, lagi lagi Rio berperang dengan perasaannya. Inilah yang  Rio benci dari Ify, perhatian dan pengertian yang Ify berikan lama lama membuat Rio ketergantungan dan merasa tak sanggup kehilangan.  Rio benci merasa memiliki dan akhirnya dicampakan, Rio benci.
Rio memandang siluet Ify yang tengah bersandar di jendela, di belakangnya langit jingga telang membentang. Rio menahan nafas untuk tidak menyentuh rambut gadis itu yang menutupi mata Ify. Rio tau Ify tulus berada di sisinya, tapi seberapa jauh Ify bisa menerima Rio?
“Kenapa lo ngelakuin semua ini buat gue? Lo bahkan ngga takut duduk di samping gue sekarang. Seberapa percaya lo sama gue?” Tanya Rio dalam hati.
Rio menyandarkan kepalanya yang terasa berat lalu berusaha memejamkan matanya, seharusnya ia menghindar sekuat tenaga dari Ify sebelum ia terlanjur percaya pada gadis yang baru datang di kehidupannya itu.
“Apa boleh gue percaya sama lo? Apa lo bisa jadi orang yang gue percaya? Bukan Cuma lo, gue juga takut” Ujar Rio pelan.
Bunyi peluit kereta api memaksa Ify membuka matanya yang berat, lehernya terasa sakit kerena tidur bersandarkan kaca, di sebelahnya Rio mesih tertidur pulas. Ify menepuk pundak laki laki itu tapi ia sama sekali tidak bergeming.
“Yo, bangun yo” Ify menepuk pundak pipi Rio tapi ia masih tidak bangun juga. “Rio, bangun dong” Ify menggoncangkan tubuh Rio pelan.
Rio merasa tidurnya diganggupun pelan pelan membuka matanya, ia melihat Ify tengah berusaha membuatnya terbangun. Rio mengambil tangan Ify di pundaknya lalu meletakannya mendekati tubuh Ify.
“Gue udah bangun”Jawab Rio datar, Rio segera mengambil tasnya lalu berjalan keluar.
Ify masih belum bergeming, ia mengamati tangannya yang tadi habis di genggam Rio. Ify merasa hangat saat tangan Rio menyentuhnya. Ify tersenyum simpul lalu menggendong tasnya yang penuh sesak.
“Lama banget sih lo” Gerutu Rio setelah Ify turun dari kereta.
Ify menggosok gosokan kedua tangannya karena kedinginan, “Iya sorry deh, sekarang kita mau kemana?” Tanya Ify bingung.
“Ya nyari penginapan lah, lo bawa uang banyak apa dikit?” Tanya Rio.
“Lumayan lah” Rio menghela nafas pasrah mendengar jawaban Ify.
“Ish lo ya”Decak Rio kesal “Yaudah mending kita di penginapan aja, biar hemat lagian Cuma satu malem” Usul Rio.
Ify merebahkan diri di kamarnya ia melepas sepatu kets dan meletakan tasnya. Ify merasa punggunya sudah retak akibat membawa tas yang begitu berat. Ify menerawang memandang  langit kamarnya kemudian matanya menjadi berat dan ia tertidur lelap.
Rio mengetuk pintu kamar Ify keesokan harinya, Rio bertaruh gadis itu belum bangun dari tidurnya jadi Rio memutuskan membangunkannya agar mereka tidak terlambat ke stasiun kereta api Bandung.
“Woi bangun woi!” Rio mengetuk pintu kamar Ify tak sabaran, Ify muncul beberapa menit kemudian dengan muka acak acakan sehabis bangun tidur.
“eemm?”Tanya Ify sambil mengusap matanya.
“Kebo banget sih lo, tidur aja ngga ganti baju. Cepet bangun gue ngga mau terlambat buat bikin tugas”Ujar Rio.
Ify melongo melihat Rio yang sudah rapi sedang berdiri di depan pintunya, Ify mengerjapkan matanya tidak percaya lalu mengucek ngucek matanya lagi. Rio berdecak kesal melihat tingkah Ify.
“Eh” Sadar Ify “Tunggu bentar, gue mau siap siap. Bentar aja!” Ify menutup pintu kamarnya dan ia bergegas untuk bersiap siap.
Rio kembali ke kamarnya dan mengambil kamera, dompet dan ponselnya. Ia memakai jaketnya dan menggantungkan kameranya di leher.  Rio menunggu Ify di depan pintu tak lama kemudian gadis itu keluar dengan rambut setengah basah dan tas yang kelihatan penuh.
“Duh gimana gue bisa lupa bawa hair dryer coba” Keluh Ify, Rio memandang Ify mengejek tapi tak kentara.
“Dasar cewek” Gerutu Rio. “Lo bawa apa sih? Tas lo kaya udah mau keluar gitu isinya” Ledek Rio.
“Ish, ini semua penting tau buat kelangsungan hidup gue” Ujar Ify.
Rio maju selangkah dan memeriksa barang barang yang di maksud penting buat Ify, Rio menemukan sisir, make up, sandal, dan segala sesuatu yang lebih pas di bawa untuk kemah pramuka. Rio memandang Ify sengit lalu mengeluarkan barang barang yang tidak penting itu satu persatu.
“Apaan sih lo?” Tanya Ify tak terima.
“Lo yang apa apaan, kita disini tuh mau penelitian bukannya mau kemah pramuka. Ngapain lo bawa bawa beginian, bikin repot mulu” Maki Rio, Ify menatap Rio kesal.
“Itu buat jaga jaga, kalo sesuatu terjadi sama gue kan gue bisa siap siap. Lo ngga tau pepatah sedia payung sebelum hujan?” Bela Ify, Rio menghela nafas berat melihat tingkah Ify.
“Please deh, kalo lo bawa payung pas terang, bukannya lo siap sedia ada juga lo orang gila” Ejek Rio, Ify cemberut karena kesal di bilang orang gila. “Bawa ponsel, dompet sama buku tulis aja.” Perintah Rio dengan keki Ify menuruti kata kata Rio.
“Awas ya kalo gue kenapa napa, lo bakal tanggung jawab”Ancam Ify.
“Kok gue?”Tanya Rio heran.
“Soalnya lo maksa buat ninggalin segala macam bentuk perlindungan diri gue di kamar jadi kalo gue kenapa napa lo harus tanggung jawab” Tuntut Ify.
“Udahlah lo tenang aja” Rio melangkah meninggalkan Ify yang masih sibuk menurunkan barang barangnya.
Rio menunggu di depan penginapan, ia mengarahkan kameranya pada jalan raya di depannya. Sudah lama ia tidak pergi memotret, jadi momen ke stasiun kereta ini juga bisa di jadikan moment untuk hunting foto.
“Yuk, sekarang gimana caranya kita ke stasiun kereta?” Tanya Ify yang sudah berdiri di belakang Rio.
“Naik itu” Rio menunjuk sebuah angkot di depan mereka, Ify menegak ludah melihat kendaraan umum yang sama sekali belum pernah di naikinya.
“Lo yakin?” Tanya Ify takut.
“Manja banget sih lo, ayo cepet” Rio tidak menjawab pertanyaan Ify, ia bahkan tak peduli gadis itu ketakutan.
Ify duduk di dalam angkot dengan gelisah, ia memainkan ujung baju nya dengan resah. Ify melirik Rio berulang kali tapi Rio menatap lurus lurus ke depan, Ify menarik nafas dalam dalam mencoba menenangkan dirinya bahwa tak ada sesuatu yang akan terjadi.
“Udah sampe, cepet turun!” Ify akhirnya bisa bernafas lega mendengar ucapan Rio.
Ify terpaku melihat stasiun kereta api Bandung yang merupakan peninggalan Belanda itu, di tempat itu cukup banyak wisatawan yang berlibur pada hari Minggu.  Ify tersentak ketika Rio menyuruhnya untuk cepat masuk ke dalam stasiun.
Ify berusaha mengikuti jalan Rio yang sangat cepat, langkah yang Rio ambil besar besar sehingga membuat kaki mungil Ify harus bekerja ekstra keras untuk mengikuti laki laki itu. Berulang kali Ify tertinggal jauh di belakang dan gadis itu berlari kecil untuk kembali bersisian dengan Rio.
Tapi makin lama, Ify semakin lelah untuk berlari mengejar  Rio. Akhirnya Rio menyadari kalau Ify berjalan terlalu lama. Rio menghentikan langkahnya dan menatap Ify kesal.
“Elo lama banget sih jalannya” Kesal Rio, Ify berusaha mengatur nafasnya sebelum menjawab pertanyaan Rio.
“Sorry, gue udah berusaha buat ngga ketinggalan tapi—“
“Lo tau kan kalo ini tempat umum, kalo lo ilang gimana? Lo pikir lo bisa balik sendiri ke Jakarta?” Ify tertunduk mendengar ucapan Rio. Rio benar Ify tidak bisa apa apa kalau ia sampai hilang di tempat ini, ia tidak akan bisa bertahan sendirian.
“Lo jalan di depan gue” Perintah Rio, Ify mengikuti kata kata Rio ia berjalan mendahului laki laki itu tapi sebenarnya Ify tidak tahu harus berjalan kemana.
Rio memandangi punggung Ify, gadis itu berjalan sangat lambat membuat Rio jadi kesal sendiri. Kenapa Ify selalu membuat susah? Dari awal gadis itu tak pernah membuat segalanya menjadi mudah.
Rio mempercepat langkah kakinya menyusul Ify yang tengah berjalan di depannya, tak lama kemudian ia sudah bersebelahan dengan Ify, Rio dapat melihat wajah gadis itu yang tengah bingung menentukan arah. Akhirnya Rio menarik tangan Ify dan berjalan lebih cepat.
“Lo lambat banget sih” Protes Rio sambil membawa gadis itu berjalan lebih cepat.
Ify terdiam melihat tangannya di gandeng Rio, ia membawa Ify ke depan pintu masuk stasiun melewati gerombolan orang yang tengah menikmati suasana di stasiun kota Bandung yang tidak terpakai itu.
Ify memang lambat, Ify sendiri sadar itu. Ia memang lambat karena ia tak berani salah melangkah, tapi kadang Ify benci dirinya yang lambat, ia selalu tertinggal dari yang lainnya. Saat semua orang mendapatkan hal baru dalam perjalanannya Ify masih jauh tertinggal di belakang, tapi karena Ify berhati hati Ify tidak mudah kehilangan sesuatu.
Kehilangan membuat kita belajar untuk lebih hati hati menjaga sesuatu, itulah yang Ify coba lakukan. Belajar dari kehilangan. Tapi Ify lupa, semakin tak ada hal yang berubah, hidupnya akan tetap sama saja, Ify sekarang sadar saat melangkah begitu cepat bersama Rio , Ify tau hidup tak aka nada artinya kalau ia tak berani. Berani melangkah membuat kita mendapat hal baru, yang menggantikan rasa kehilangan.
Ify menggengam tangan Rio lebih erat seolah takut terlepas dan ia akan hilang, tapi bukan itu alasannya. Ify menggenggam tangan Rio lebih erat karena dia tau, Rio akan membawanya menemukan hal hal baru lebih cepat.

Sabtu, 15 Maret 2014

Stay

Diposting oleh Ossi Widiari di 06.40 0 komentar
TIGA


"Ada satu yang ngga pernah bisa bohong, masa lalu"-Rio


Keesokan harinya Ify berjalan santai ke sekolah, Sivia sudah duduk manis di bangku mereka dan sedang asik membaca novel. Ify mendekat ke arah Sivia dan menepuk pundak gadis itu pelan.

“Eh elo Fy gue kirain siapa” Ujar Sivia, Ify tertawa kecil lalu meletakan tasnya di sampin Sivia.

“Hari ini kita ngga ada PR kan?” Tanya Ify, Sivia menggeleng lalu kembali tenggelam di dalam novelnya.

Ify merasa di kacangin, ia memilih bergabung bersama Patton dan beberapa teman temannya yang sedang bermain Truth Or Dare, Ify ikut memutar pulpen Patton dan mengarah pada Irva.

“Truth Or  Dare?” Tanya Patton, Irva berpikir sejenak lalu berfikir.

“Dare aja deh, males banget bongkar aib gue sama kalian”Kata Irva, Patton lalu mencari ide untuk mempermalukan Irva.

“Coba tembak Diva” Perintah Patton, Irva jadi gelagapan sendiri.

“Eh.. kok harus Diva?” Tanya Irva takut.” Kenapa ngga yang lain aja? Pacarnya Diva si Salsa kan galak tuh” Mohon Irva. Patton menggeleng tegas tanda tidak ada kompensasi.

Irva mendekati Diva dengan takut takut sesekali Irva melirik ke arah pintu takut pacar Diva muncul tiba tiba di kelas mereka, Irva berdiri di sebelah Diva dengan kaku. Patton menahan tawanya sementara yang lain mulai teratwa kecil melihat kegugupan Irva.

“Diva” Panggil Irva, Diva menoleh ke arah Irva dengan bingung.

“Gue eh.. Gue mau” Ujar Irva grogi.

“Lo kenapa Va? Lo mau apa? “ Tanya Diva, Irva mencengkram seragamnya erat erat.

“Gue suka sama lo, mau ngga jadi pacar gue?” Tanya Irva cepat.

Kamis, 13 Maret 2014

Stay

Diposting oleh Ossi Widiari di 03.05 0 komentar
DUA


Rio mengamati plester yang ada di mejanya sambil tersenyum miring, gadis itu tidak tau apa apa tentang dirinya dan ia tidak suka orang yang baru mengenalnya sudah ikut campur akan urusan pribadi Rio. Rio tau keinginan gadis itu untuk mengenal dirinya merupakan sesuatu yang baru di hidupnya, karena selama ini belum ada yang benar benar mengenal Rio mereka hanya takut pada kuasa Rio atau mereka hanya memanfaatkan Rio, kalau ada yang mengenalnya secara baik orang itu sudah lama pergi dari hidupnya.

Rio mendesis pelan, kehadiran gadis itu seperti mengingatkannya akan kisah lama dan Rio benci itu. Rio menggenggam erat plester di tangannya lalu berjalan menghampiri Ify yang sedang duduk di bangkunya.

“Lo, ambil plester ini lagi. Gue ngga butuh, gue ngga luka” Rio memandang Ify tidak suka, gadis itu hanya menatap Rio santai.

“Jelas jelas muka lo pada bonyok gitu”  Sahut  Ify.

“Kalo gue bilang ngga luka ya ngga luka!” Bentak Rio, Ify menjauh sedikit dari hadapan Rio. “Nih ambil plester lo!” Geram Rio.

“Lo..” Lirih Ify sambil menetralkan perasaanya.

“Jangan sok baik sama gue, gue muak sama lo!” Rio memukul meja Ify kasar sambil meletakan plester di depan Ify.


Rio keluar dari kelas dengan perasaan kesal sementara Ify meringkuk di bangkunya kerena ketakutan di bentak Rio, padahal Ify hanya berniat baik tapi kenapa Rio jadi marah padanya. Apa Rio tidak bisa di halusi?

“Sial”Dengus Ify.

Tak lama kemudian Tio ketua kelas Ify datang lalu disusul beberapa siswa lainnya. Ify melirik jam tangannya, sebentar lagi bel masuk akan berbunyi dan temannya Sivia belum datang juga.
Tiba tiba Kak Alvin muncul di depan pintu kelas Ify, Ify mengernyitkan dahi kebingungan karena Kak Alvin memanggil dirinya. Ify segera menghampiri Kak Alvin dengan rasa penasaran yang begitu besar.

“Ada apa kak?” Tanya Ify

“Fy, Sivia ngga bisa sekolah hari ini. Dia kesiangan parah ternyata, terus dia ngga mau di hukum” Ujar Kak Alvin, aku hanya mengangguk dan tersenyum simpul.

“Oh yaudah Kak, aku buatin Sivia surat aja ya bilang dia izin” Usul Ify yang disetujui Kak Alvin dengan acungan jempol.

“Oke makasi ya, Ify!”Seru Kak Alvin sambil berlalu dari kelas Ify.

Kelas tanpa Sivia benar benar sepi, Ify jadi tidak punya teman mengobrol kalau sedang suntuk. Ify menghela nafas panjang lalu mencuri pandang ke bangku Rio yang kosong, sebenarnya alasannya tak betah di kelas selain tidak ada Sivia juga karena Rio tiba tiba menghilang.
Ketika bel istirahat berbunyi Ify langsung berjalan keluar kelas, Ia berniat mencari Rio dan meminta maaf. Ify yakin Rio tidak bolos keluar sekolah karena Rio meninggalkan tasnya di kelas. Ify mencari ke seluruh penjuru sekolah tapi
Ify tidak menemukannya.

Akhirnya Ify menelusuri bagian selatan sekolahnya dan memasuki gedung basket Indoor, Suara decitan sepatu dan
bola basket beradu di lantai membuat Ify bersemangat memasuki ruangan itru. Dugaan Ify benar, Rio sedang ada di sana bermain basket dengan lincah tapi Ify bisa tau dari gerakan Rio kalau Rio bermain sambil melampiaskan amarahnya.

“Rio, kenapa gue ngga pernah bisa ngerti jalan pikiran lo?” Ujar Ify pelan.

Ify duduk di kursi penonton tanpa di ketahui Rio, ia melihat adegan adegan permainan cowok itu seolah sedang menonton film favoritnya. Rio bisa berlari dengan gesit, Rio bisa memutar tubuhnya dengan lincah dan tembakan Rio ke Ring benar benar akurat. Sudah lima belas menit Ify duduk di bangku penonton dalam diam, Ia bahkan tidak menghiraukan bel masuk yang sebentar lagi berbunyi.

Sudah hampir satu jam Rio memutuskan untuk bermain basket di lapangan indoor untuk melampiaskan amarahnya, akhirnya Rio merasa lelah juga. Tembakannya tak lagi akurat, akhirnya kelincahan Rio juga berkurang dan mengakibatkan laki laki itu ambruk. Ify terkejut dan tiba tiba bangkit dari tempat duduknya, ia menghampiri Rio yang terduduk di tengah lapangan.

“Lo ngga apa apa?” Tanya Ify sambil mengulurkan tangannya.

Rio mendongak dan mendapati Ifyy berdiri di depannya membuat amarahnya naik lagi, Ia menepiskan tangan Ify dari hadapannya dan bangkit sendiri. Ify menghela nafas panjang, lalu mengikuti Rio di belakangnya.

“Gue minta maaf kalo udah bikin lo marah” Ujar Ify cepat sebelum Rio meninggalkannya lagi.”Gue minta maaf kalo gue bikin lo badmood, terus lo mutusin buat bolos” Imbuh Ify.

Rio membalik badannya dan menatap Ify lekat, ia berjalan mendekati Ify dengan pasti dan membuat Ify jadi takut sendiri, Ify mencengkram erat roknya karena rasa takut di pandangi Rio seperti itu, Ify takut Rio bersikap kasar padanya.

“Mau lo apa sih?” Ujar Rio tegas.

“Gue Cuma—“ Ify menggigit bibir bawahnya karena takut.

“Mau lo apa?!” Rio mencengkram pundak Ify erat sehingga gadis itu semakin takut.

“Gue pingin lo ngga bolos lagi, gue mau lo ikut kelas dan ngga bolos gara gara kejadian tadi pagi” Ujar Ify takut takut.

“Gue minta maaf  Rio” Lirih Ify. Rio melepaskan pundak Ify lalu berjalan dengan cepat keluar dari lapangan basket Indoor.

“Gue turutin permintaan lo, tapi jangan pernah lo bersikap sok baik sama gue” Ujar Rio sebelum ia keluar dari pintu.

Ify masih mematung di lapangan basket, Ify sendiri merutuki dirinya yang terlalu penasaran pada Rio seharusnya Ify menghindar saja begitu Rio menolak ajakn pertemananya, tapi Ify tetap keukeuh mendekati cowok itu.

“Permisi Pak” Ify memberanikan diri memasuki ruang kelas.

“Kemana saja kamu?” Tanya Pak Herman galak, Ify sudah ketar ketir mendapat respon seperti itu.

“Saya.. saya habis dari—“ Ify mengalihkan pandangannya membari waktu otakknya untuk berfikir, tiba tiba dia melihat
Rio duduk santai di bangkunya dan menatap Ify dingin. “Ruang guru” Ujar Ify tercekat.

“Lain kali, kalau ada perlu izin dulu dengan saya” Ify menghela nafas lega sambil mengangguk pelan.”Sekarang kamu boleh duduk” Ify tak butuh waktu lama untuk duduk tenang di bangkunya lagi.

Ketika pelajaran sosiologi selesai, Bu Kartika guru sejarah Ify memasuki kelas untuk mengisi jamnya. Bu Kartika mengajar dengan santai sehingga anak anak kelas XI IPS jadi semangat mengikuti pelajaran, ketika di akhir pelajaran Bu Kartika memberikan tugas untuk meneliti bangunan bersejarah dengan kelompok dua orang.

Seketika kelas menjadi gaduh karena mencari pasangan masing masing, Ify melirik bangku Sivia yang kosong lalu menghela nafas. Tiba tiba Nova mendekati bangku Ify, Nova melirik bangku Sivia yang kosong.

“Ify lo mau sama Sivia?” Ify tidak menjawab ia masih berfikir. “Kalo ngga, boleh ngga gue sama Sivia soalnya rumah gue kan deketan sama dia jadi gue gampang bikin tugasnya” Ify menimang nimang lalu mengangguk, Ia merasa kasihan juga pada Nova dan sepertinya Sivia tidak akan keberatan.

“Oke deh” Ujar Ify

Ify lalu memperhatikan seisi kelasnya, banyak teman sekelas Ify yang sudah mendapat pasangan dan sibuk menentukan tempat bersama pasangannya. Tapi ada satu orang yang masih duduk acuh di tempatnya, Ify mengumpulkan nyalinya mendekati orang itu sambil meyakinkan dirinya sendiri.

“Rio” Panggil Ify, Rio hanya melirik Ify tanpa menyahut. “Lo udah punya kelompok belum?” Tanya Ify. Rio hanya diam saja membuat Ify benar benar salah tingkah.” Kalo belum lo sama gue ya?” tanya Ify kaku.

“Gue ngga mau” Ketus Rio.

“Tapi—“

“Apa alasan lo mau kelompokan sama gue? Apa karena temen lo itu ngga ada?”Tanya Rio sarkatis.

“Bukan!” Sahut Ify spontan. Rio memicingkan matanya menatap Ify.

“karena gue pilihan terakhir di kelas ini?” Tuduh Rio. “Kalo ada orang lain yang belum punya pasangan apa lo masih
mau sama gue? Cih!” Rio membuang mukanya tidak mau berhadapan dengan Ify, pelan pelan Ify mundur dan kembali  ke bangkunya.

Ify terduduk di mejanya memikirkan kata kata Rio, awalnya Ify memang tidak menemukan pasangan lain dan ia juga tidak tau bagaimana jika Sivia memintanya untuk menjadi partnernya apakah Ify masih memilih Rio yang sudah menolaknya terang terangan.
***
Ify memijat keningnya yang terasa berat, semalam ia tidak bisa tidur gara gara perkataan Rio. Padahal pertanyaan Rio sederhana tapi mampu membuat Ify tidak bisa tidur semalaman.

“Ify!” Seru Sivia.

“Hai, lo ngga kesiangan lagi kan?” Canda Ify, Sivia mengkrucutkan bibirnya manyun.

“Ih Ify!” Gerutu Sivia.

“Eh iya, Via. Kita ada tugas sejarah lo berkelompok”Ujar Ify.

“Kelompok? Gue sama lo ya?” Tanya Sivia. Ify menggeleng lemah.

“Lo sama Nova. Ngga apa apa kan?” Tanya Ify.

“Ngga sih, terus lo sama siapa kalo gitu?” Ify menggeleng lemah. “Kalo gitu kenapa ngga lo aja yang sama gue,
lagian waktu kelas X kita cukup sering sekelompok kan” Ify tersenyum lemah mendengar tawaran Ify.

“Kenapa lo mau kelompokan sama gue?” Pancing Ify.
Sivia mengernyitkan dahinya bingung atas pertanyaan Ify “ya karena gue ngerasa nyaman aja kerja bareng lo” Ujar Sivia.

“Kalo sama yang lain gimana, seandainya gue ngga sekelompok sama lo?” Tanya Ify serius.

“Yah gimana ya, mungkin aku bakal ngga ngerasa nyaman Fy. Kan tiap orang beda beda” Ify menghentikan langkahnya mendengar kata kata Sivia, Ia tahu apa alasannya.

“Via, lo duluan ke kelas ya!” Seru Ify.

“Eh kenapa?” Belum sempat Ify menjawab Ify sudah berlari menjauh. Sivia menghela nafas lalu melangkahkan kakinya ke kelas.

Ify mengatur nafasnya yang sesak habis berlari, ia melirik jam tangannya sambil melihat ke gerbang sekolah. Sudah cukup lama waktu berlalu tapi orang yang di tunggu Ify tidak datang juga, ketika Ify hendak kembali ke kelas suara bising motor mengagetkan gadis itu.

“Hei kamu! Dasar anak nakal, kecilin suara motor kamu atau saya lapor Ke Pak Hendra” Teriak Mang ujang, satpam sekolah Ify.

Ify menatap pengemudi motor itu lalu berlari ke tengah jalan, ia tidak memperdulikan motor itu sedang melaju di depannya. Seementara Rio yang tengah mengemudikan motor melihat Ify di depannya merasa tertantang, ia berniat membuat gadis itu takut dan menyingkir sendiri.

Tapi Rio salah, Ify tetap bertahan di depannya tanpa menghindar sedikitpun dengan paksa Rio menarik remnya ketika ban motornya tinggal sejengkal dari Ify. Rio membuka helm dengan kesal dan menatap Ify galak.

“Ngapain lagi sih lo? Dasar cewek aneh, minggir lo!” Bentak Rio. Ify membuka matanya yang tadi ia pejamkan karena takut.

“Gue.. Cuma mau nanya sekali lagi sama lo, lo mau ngga jadi partner sejarah gue?” Tanya Ify takut, Rio tertawa garing lalu menatap gadis itu remeh.

“Ngga, bukannya lo sendiri ngga punya alasan jelas buat jadi kelompok gue, Ha?!” Ify menundukan kepalanya mendengar kata kata Rio.

“Gue punya kok” Sahut Ify, Rio turun dari motornya dan mendekati Ify.

“Apa? Karena lo ngga punya temen lagi?” Tanya Rio remeh.

“Bukan, tapi karena gue ngerasa bakal nyaman satu kelompok sama lo. Waktu gue liat lo masih belum dapet kelompok entah kenapa gue kepikiran buat satu kelompok sama lo” Jawab Ify, Rio tercengang mendengar perkataan Ify.

“Bullshit” maki Rio, Ify tidak menjawab. “Buat apa sih lo susah susah ngelakuin ini buat gue. Ngga penting banget!” Geram Rio.

“Buat gue penting… Tugas kelompok ini penting, karena gue yakin sama lo gue pasti bisa nyelesein tugas ini” Ujar Ify
yakin, Rio mendegus kesal ternyata cewek ini keras kepala juga.

“Liat aja, lo pasti nyesel satu kelompok sama gue!” Ancam Rio, Ify tersenyum sekilas.”Awas ya lo sampe nyembah suapaya berhenti satu kelompok sama gue” Ancam Rio sekali lagi, Rio segera menaiki motornya dan berlalu dari
hadapan Ify.

“Itu artinya kita satu kelompok kan Rio?” pekik Ify, Rio tidak menjawab malah mengemudikan motornya semakin jauh.

Ify tersenyum karena akhirnya ia berhasil satu kelompok dengan Rio, Ify tau Sivia lebih mau bekerjasama daripada Rio tapi apapun hasilnya nanti Ify tidak akan menyesal berkelompok dengan cowok dingin itu.
“Via, sorry ya” Ujar Ify ketika ia sudah sampai di kelas.

“Lo kemana sih tadi?” tanya Sivia keki. Ify hanya nyengir kuda tidak menjawab pertanyaan Sivia.

“Ngga kemana mana kok” Bohong Ify, Sivia tidak menyaut lagi setelah Bu Mei masuk ke kelas mereka.
Ketika bel pulang sekolah berbunyi Kak Alvin sudah stay di depan pintu kelas Ify, Sivia segera menghampiri kak Alvin diikuti Ify di belakangnya. Kak Alvin tersenyum ramah kepada mereka berdua.

“Tumben nih Kak Alvin mau jemput ke kelas” Sindir Sivia.

“Yaudah besok ngga aku cari deh” Goda kak Alvin, Sivia memukul lengan kakanya itu ringan.

“Awas aja kalo berani”Ancam Sivia. Ify hanya tertawa melihat tingkah kakak adik yang satu itu.

“Eh Ify mau bareng kita ngga?” Tawar kak Alvin.

“Iya Fy, lo bareng kita aja”usul Sivia. Ify hanya menggeleng.

“Makasi ya, tapi aku udah janji pulang bareng Ayah nih” Tolak Ify.

“yaudah kalo gitu kita duluan ya Fy” pamit Sivia, Ify mengangguk lalu melambaikan tangannya.

Ify berjalan sendirian di bawah koridor sekolahnya menuju ke gerbang depan, tiba tiba Ify melihat Rio sedang berbicara dengan seorang anak laki laki di koridor memilih diam dan menonton adegan tersebut. Rio nampak geram dengan anak itu dan mencengkram erat kerah baju anak itu.

“Udah gue bilang kan, jangan cari masalah sama—“

“Rio! Udah Rio, ini sekolahan!” Cegah Ify, Rio melepaskan kerah baju anak laki laki itu dengan kasar.

“Apaan sih lo!” Bentak Rio.

“Rio, ini sekolah, lo bisa kena masalah” Ify mencoba memperingatkan Rio, tapi Rio memandang Ify tidak suka.

“Kenapa sih lo ngga pernah berhenti ganggu gue?” Tanya Rio frustasi. “Bisa ngga barang sedetik aja lo ngga usah
ikut campur apa urusan gue” Tambahnya, Ify diam sambil menggenggam erat kedua tangannya.

“Maksud gue kan supaya lo ngga kena masalah” Ujar Ify pelan.

“Terserah lo deh! Gue banyak urusan” Rio hendak pergi tapi Ify cepat cepat menahan tangan Rio. “Kenapa lagi? Masih belum puas lo ganggu gue?”Tanya Rio sarkatis.

Ify menggeleng lalu mengeluarkan kertas dan bolpoint dari dalam tasnya dan menyodorkan kepada Rio.”Gue minta nomor ponsel lo ya”Pinta Ify, Rio menjauhkan kertas dan bolpoint itu dari hadapannya.

“Mau lo apa sih?” Gerutu Rio keki.

“Kita kan satu kelompok jadi harus saling ngasi tau kalo ada apa apa, lagian ini Cuma buat tugas kok. Janji” Ify meletakan jari telunjuk dan jari tengah di depan wajahnya.

“Gue ngga mau, apapun alasan lo” Keukeuh Rio

“kalau gitu gue bakal terus pegang tangan lo sampe lo ngasi” Ancam Ify, Rio tertawa pelan lalu menatap gadis itu tajam.

“Lepasin tangan gue” Paksa Rio, Ify semakin memperat pegangannya.

“Ngga sebelum gue dapet nomer lo” Tuntut Ify.

“Gue bisa aja berbuat kasar sama lo, kaya gue memperlakukan anak tadi” Ify menelan ludahnya ketakutan tapi ia
masih belum gentar.

“Gue tau kok lo ngga mungkin ngelakuin itu” Rio menghentakan tangannya dengan kasar, sehingga cengkraman Ify melonggar dan terlepas. Ify meringis kesakitan.

“Siapa bilang?” Rio menatap Ify tidak peduli pada ringisan gadis itu. “Dasar cewek manja” maki Rio.

Rio segera berlari mengejar mangsa yang sudah kabur darinya, sementara Ify masih diam disana melihat Rio
menghilang dari pandangannya. Kalau Rio tidak mau memberikannya, mungkin TU akan dengan suka rela nomor ponsel Rio pada Ify. Sebenarnya gadis itu baru terpikir soal caranya ia mengontak Rio jika mereka akan meneliti bersama. Tapi apa Rio mau ikutt meneliti? Ify menghela nafas lelah lalu masuk ke mobil ayahnya yang sudah menunggu di gerbang
***
“Permisi Bu” Sapa Ify

Petugas di balik komputer itu mendongakan kepala dan mengangguk begitu melihat Ify berdiri di depan pintu. Pelan pelan Ify berjalan mendekat ke arah wanita paruh baya itu untuk menyampaikan tujuannya datang ke sini.

“Maaf Bu, saya butuh data siswa atas nama Mario Pratama. Apa ibu bisa membantu saya?” Tanya Ify sopan

“Baiklah saya carikan dahulu, sebaiknya kamu menunggu sebentar” Ujar wanita itu

Ify duduk di salah satu kursi di ruang TU selama sepuluh menit, sedangkan petugas TU yang Ify mintai tolong sedang asik tenggelam bersama ribuan data Siswa SMA Putera Bangsa.

“Silahkan, ini datanya bisa diambil” Petugas itu membuyarkan lamunan Ify.

“Terimakasi, Bu” Ujar fy tulus, ia lalu mengambil kertas yang di letakan di meja dan mulai menelitinya.

“Gotcha! Aku dapat nomernya”Ujar Ify bahagia.

Malam harinya Ify sedang menimang nimang kertas yang di berikan petugas TU tadi serta handphonenya sendiri, Ify sedang bingung apakah ia harus menelfon Rio sekarang atau besok saja? Tapi Ify ingin memastikan nomer ponsel itu.

“Halo?” Ify tersentak ketika ia mendengar suara dari ponselnya.

“Ha..Halo” Gagap Ify.

“Siapa nih?” Ify menggigit bibir bawahnya lalu memejamkan matanya.

“Ify—temen sekelompok lo. Lo inget?” Tanya Ify takut.

“Nggak!” Sambungan telefon langsung di putus sepihak ooleh Rio.

Ify berdecak kesal, ia menyesal memutuskan untuk menghubungi cowok dingin itu akibatnya Ify harus makan hati lagi dan lagi. Ify merutuki ponselnya yang tidak berdosa lalu tiba tiba benda itu berkedip tanda ada pesan masuk.

/Dari mana lo tau nomer gue?!/

Ify mengernyitkan dahi, ternyata Rio mengirim pesan untukknya.

/Maaf, karena lo ngga ngasi jadi gue minta di TU/

Ify segera menekan tombol send di handphonenya, tak lama kemudian pesan balasan dari Rio masuk ke ponsel Ify.

/Awas lo nelfon gue buat hal hal yang ngga berguna. Mati lo/

Ify mendengus melihat  balasan Rio, cowok itu benar benar dingin dan menyebalkan tapi jauh di dasar hati Ify ia sama sekali tidak benci pada Rio, ia tidak sakit hati setiap kali cowok itu membentak atau menghinanya karena sepertinya Ify mulai bisa menerima sikap Rio, apapun itu.

@Ossiwidiari_

Stay

Diposting oleh Ossi Widiari di 02.50 1 komentar


 SATU

“Lakuin apa yang menurut lo harus lakuin tanpa harus menghancurkan apa yang lo punya” Ify

Ify melangkahkan kakinya ke dalam kelas XI IPS-1 dan mengalihkan pandangan ke seluruh penjuru kelas, tahun ajaran kali ini Ify harus berpisah dengan teman sekelasnya sewatu kelas X karena pilihan jurusan tapi ada beberapa teman sekelasnya setahu Ify yang juga mengambil jurusan IPS.

“Ify, duduk sini!” Ify tersenyum simpul lalu melangkahkan kaki menuju suara yang tak asing baginya.

“Via! Dari tadi gue cariin juga” Ujar Ify, Ify meletakan tas nya di kursi lalu duduk di sebelah Via.

“Wah, kita sekelas lagi nih. Pasti seru!” Kata Via berapi api, Ify tersenyum lebar sambil menganggukan kepala.

Ketika bel sekolah berbunyi tanda pelajaran pertama akan di mulai Ify sibuk menyiapkan alat tulisnya sambil menunggu guru yang akan masuk, Sivia ikut ikutan mengeluarkan buku ekonominya dan bersiap siap untuk belajar.

“Selamat pagi anak anak” Semua orang di kelas mendongak mendengar suara lembut dari pintu.

“Pagi Bu” Balas mereka.

“Kalian sudah tau nama saya, bukan?” Sebagian anak anak mengangguk tapi ada juga yang menggeleng.

“Baiklah, nama saya Ibu Mei Adrian kalian silahkan memanggil saya Ibu Mei” Ujar Bu Mei ramah. “Saya rasa untuk mempersingkat waktu sebaiknya kita memulai materi ekonomi hari ini”Ibu Mei mulai menuliskan Sub Bab materi yang akan di pelajari lalu memberikan beberapa catatan.

Sesekali Ify merasa bosan mendengarkan ocehan gurunya yang satu itu tapi tetap ia tahan rasa bosannya, Ia tidak mau menyia nyiakan kesempatannya untuk bersekolah karena ia bercita cita menjadi Psikiater yang sukses kelak, itu lah alasan utama Ify memilih jurusan IPS.

Ify mengamati teman sekelasnya yang tidak berbeda jauh dengannya, ada yang mencuri curi kesempatan bermain Handphone ada pula yang sudah tertidur lelap di bangkunya. Ify tersenyum simpul melihat tingkah lucu teman teman sekelasnya yang baru. Tiba tiba Ify melihat satu bangku kosong di ujung ruangan, tapi tidak di ambil pusing olehnya.

Senin, 10 Maret 2014

Diposting oleh Ossi Widiari di 06.29 0 komentar
New Project :D

Selasa, 11 Februari 2014

Diposting oleh Ossi Widiari di 06.46 0 komentar
Untuk Kamu,

Akhirnya aku berani menulis ini untukmu, entahlah mungkin karena aku terlalu bodoh atau malah terlalu takut untuk kehilanganmu lebih awal .Pada akhirnya, aku yang hanya bisa menatapmu sudah kehilangan kamu sejak awal, Bahkan sebelum aku memilikimu. Akhirnya aku yang jatuh cinta sendiri aku juga yang memutuskan untuk mengakhirinya. Ini cintaku bukan? Sekali lagi ini cintaku, walaupun kamu  menolaknya tapi ini cintaku. Kecuali kamu menganggap ini cinta kita baru ada separuh dari kisah ini milikmu. Tapi ini cintaku, sakitku. Mengagumi kamu bukan hal yang mudah, bukan sebatas perasaan senang saat melihat senyummu. Kadang mengagumi kamu berarti hanya diam menatap waktu sampai bosan. Kata orang menunggu itu membosankan, tapi aku tidak merasakannya padamu. Menunggu cintamu bersama bayanganmu sudah cukup bagiku. Aku merasa berharga karena jadi orang yang selalu ada untukmu, walaupun kamu tak pernah tau. Kamu.. sekarang aku sudah berani, aku sadar ketika aku berani jatuh cinta padamu harusnya aku juga berani mengatakannya padamu.
"Aku cinta kamu, bayangmu adalah milikku dan kau tak pernah tau"

Jumat, 07 Februari 2014

Diposting oleh Ossi Widiari di 23.14 0 komentar
Chemistry For Holiday?
BE STRONG MY BRAIN
 

Rabu, 05 Februari 2014

Letter To Februari

Diposting oleh Ossi Widiari di 06.38 0 komentar
Dear Februari,



Kamu dan sekotak coklat.
Kamu dan Seikat Bunga.
Tapi kemana kamu dan sejuta perasaan sayang?

Percuma saja kamu memberiku sekotak coklat tanpa cinta atau seikat bunga tanpa sayang. Ini hari kasih sayang, bukan hari thanksgiving atau ulang tahunku dimana kamu 'harus' memberi kado.
Ini hari kasih sayang, dimana aku harus tau seperti apa perasaanmu padaku.. sejauh mana.
Aku tidak butuh coklat kok, aku tidak butuh bunga. Aku cuma ingin kamu bilang "Ini hari spesial kan? boleh ngga aku pergi sama orang spesial ke tempat yang spesial" Jadi aku bisa menggenggam tanganmu dan kita kembali ke garis senja. 

Sederhana kan.


Rabu, 01 Januari 2014

#NewYearWish

Diposting oleh Ossi Widiari di 06.28 0 komentar



Wanna home with something pleased they, God please keep day until someday i can make them proud. Astungkara :)

 

EYES OPEN Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review